Rabu, 13 Maret 2013

Harta dan Kodrat

Saya sering membayangkan menjadi orang-orang kaya dan berkuasa di dunia ini seperti Bill Gates, Roman Abramovic atau Aburizal Bakrie, sangat menyenangkan menjadi mereka, semua keinginan yang benar-benar penting sampai yang sepele bisa terpenuhi dengan mudah. Saya kagum dengan orang-orang tersebut, lebih tepatnya saya kagum dengan usaha, tekad dan determinasi yang begitu luar biasa sehingga mereka berada pada level kualitas diri yang sangat tinggi saat ini.

Terkait dengan orang-orang kaya lain secara umum di dunia ini, entah bagaimana kehidupan pribadi mereka di balik sorotan media dan khalayak umum, pada suatu hari saya bertanya-tanya tentang apa yang menjadi motivasi mereka untuk terus memperkaya diri secara materi.

Sabtu, 25 Agustus 2012

Kopi, Favorit Baru Saya

Kopi bukan lagi sebagai minuman penghilang rasa kantuk, namun sudah menjelma menjadi sebuah gaya hidup. Di mana-mana mulai menjamur kedai-kedai kopi ternama. Selain itu, produksi kopi mulai dijual dengan sachet yang sangat praktis. Tinggal dituang oleh air panas, maka jadilah minuman yang suedep untuk memulai hari.

Terlepas dari kandungan kafein yang bercokol di dalam secangkir kopi yang masih diperdebatkan, konsumsi masyarakat dunia terhadap jenis minuman yang tidak hanya hitam itu semakin meningkat. Total 6,7 juta ton kopi diproduksi dalam kurun waktu 1998-2000 saja. Diperkirakan pada tahun 2010, produksi kopi dunia akan mencapai 7 juta ton per tahun.

Berikut sejumlah fakta unik tentang kopi :

Kekuatan Internet: Fiksi atau Nyata?

Dalam banyak hal, internet dipuja bagaikan obat penyembuh dari segala situasi, internet bahkan ditengarai menjadi faktor penentu meletusnya suatu revolusi sosial atau adanya perubahan sosial yang diciptakan dari gerakan yang tidak beraturan. Begitu kuatnya mitos internet, sampai – sampai banyak pemerintahan berupaya mengontrol internet agar tak ada yang memanfaatkan internet sebagai medium untuk menyalakan revolusi

Internet bagaikan pedang bermata dua, ia adalah sahabat sekaligus juga monster yang mengerikan. Tak hanya monster untuk pemerintahan yang otoriter namun juga dianggap monster bagi masyarakat demokratis yang sedang tumbuh dan tercipta. Tak hanya konten positif yang bersliweran di internet tapi juga konten negatif. Tapi banyak pula konten yang masuk “kategori antara”: yang berkisar diantara kutub positif dan kutub negatif.

Tapi benarkah klaim itu? Internet memang canggih, ia seperti makanan dan pakaian saat ini. Kebutuhan akan internet bukan lagi kebutuhan tersier namun telah menjadi kebutuhan primer. Di banyak kesempatan internet digunakan sebagai bagian dari upaya penggalangan orang dan dana. Banyak orang menjadi tergantung dengan internet dengan segala wajah magis disekitarnya. Asumsi ini tak salah memang jika tingkat penetrasi internet secara geografi dan populasi sangat tinggi di suatu daerah.

Antagonis

Führerbunker sudah cukup hening sejak berita pasukan Soviet hanya berjarak dua blok dari lokasi ini. Terlebih lagi setelah terdengar bunyi letusan begitu kencang kanan pelipisku. Kini aku tergeletak di lantai yang memerah dengan darahku sendiri. Sebuah peluru telah menembus kepalaku.

Detik-detik yang akan dirayakan oleh seluruh dunia

Kemudian aku menutup mataku, menikmati kedamaian batin dalam diamku.

Ah, persetan dengan perang.



Aku membuka mataku, berharap bidadari cantik dan gemerlap emas melebihi yang aku pernah lihat menyambutku.

Tapi ternyata aku masih di ruangan yang sama, pipiku masih menempel lantai, darah segar dan basah menempel pada seluruh mukaku. Aku bisa melihat riak pada gumpalan darah karena dengusan nafasku. Aku belum mati.

Aku belum mati, setidaknya belum dengan pikiranku. Tapi aku pun tak bisa bergerak. Dengan sekuat tenaga pun hanya bola mataku yang bisa aku gerakkan. Yang aku lihat hanya genangan darah, sebuah pistol Walther PPK 7.65 mm milikku yang kuberi nama “Geli Raubel“, dan sekretarisku Eva Braun yang terbujur kaku dengan busa dimulutnya. Diantara sisa-sisa nafasku, suara lamat-lamat dentuman meriam dan tembakan senjata, dan sebuah peluru yang seakan-seakan minta maaf tak berhasil membunuhku; aku mengumpulkan semua kenangan dan semua kebanggaan dalam beberapa detik berharga ini sebelum mati.



Perkenalkan.

Namaku: Adolf Hitler.