Rabu, 13 Maret 2013

Harta dan Kodrat

Saya sering membayangkan menjadi orang-orang kaya dan berkuasa di dunia ini seperti Bill Gates, Roman Abramovic atau Aburizal Bakrie, sangat menyenangkan menjadi mereka, semua keinginan yang benar-benar penting sampai yang sepele bisa terpenuhi dengan mudah. Saya kagum dengan orang-orang tersebut, lebih tepatnya saya kagum dengan usaha, tekad dan determinasi yang begitu luar biasa sehingga mereka berada pada level kualitas diri yang sangat tinggi saat ini.

Terkait dengan orang-orang kaya lain secara umum di dunia ini, entah bagaimana kehidupan pribadi mereka di balik sorotan media dan khalayak umum, pada suatu hari saya bertanya-tanya tentang apa yang menjadi motivasi mereka untuk terus memperkaya diri secara materi.
Hingga akhirnya suatu saat saya berandai-andai dan memposisikan diri saya sebagai seorang David Beckham, dipuja banyak orang dan bergelimang harta, kemudian saya tertegun dan mulai menginstropeksi diri sendiri, lalu saya sadar bahwa sebenarnya ada suatu batas di mana kepuasan tertinggi diri saya dapat dicapai dan saya yakin semua orang juga seperti itu, walaupun secara teori manusia memiliki keinginan yang tidak terbatas tapi untuk hal ini saya pikir teori itu tidak berlaku. Jadi, mudahnya ketika misalnya anda adalah pangeran kerajaan Inggris dan semua keinginan anda terpenuhi, mulai makanan paling mahal, pakaian paling bagus, wanita tercantik, mobil tercanggih, lalu apa lagi? Apa tujuan akhir dari terus memperkaya diri? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berbisik mengusik di pikiran saya sampai akhirnya datanglah semacam pencerahan ketika suatu hari saya menyantuni seorang anak jalanan yang terlihat begitu kelaparan, saya tidak begitu memahami perasaan saya saat itu namun yang saya tahu bahwa setiap suap nasi yang anak itu makan dengan penuh rasa bahagia membawa rasa bahagia pula ke dalam diri saya. Sejak itu saya sadar bahwa Tuhan dengan segala kuasanya menciptakan suatu hubungan batin yang unik antar makhluk ciptaan-Nya. 

Akhirnya saya sampai pada kesimpulan bahwa tujuan Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk sosial adalah demi saling berbagi dan berbuat baik untuk orang lain, hal tersebut pada dasarnya adalah kebutuhan kita sebagai manusia. Sehingga memperkaya diri dengan materi maupun ilmu sejatinya hanyalah jalan atau sarana untuk meningkatkan kualitas kita dalam berbagi dengan sesama. Inilah yang akan terus menjaga kita agar tidak “hidup tapi mati”. Inilah takdir kita semua, berbakti pada sesama dan dunia.

"Sangatlah jahat dan sombong jika manusia tidak percaya akan keberadaan Tuhan. Sekalipun kita belum pernah mengalami kematian dan masih tersesat dalam pencarian keyakinan agama, namun hidup adalah tentang menjalani kodrat dan takdir."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar